Jumat, 01 Juli 2011

Awal Bulan, Awal Bahagia Atau Awal Derita?

Siapa yang tidak kenal awal bulan, atau yang lebih dikenal dengan istilah tanggal muda? Siapa yang tidak bahagia ketika harus memasuki awal bulan, misalnya tanggal satu? Mungkin semua sudah tahu, hari berseri adalah hari dimana awal bulan itu ada, hari bahagia bagi mereka yang menerima gaji dari kantor tempatnya bekerja.

Sudah dipastikan, wajah cerah ceria menghiasi raut muka para pegawai, karyawan atau staf sebuah instansi/perusahaan. Sudah dipastikan pula wajah-wajah ceria dari orang-orang terkasih pun menambah deretan keceriaan, anak-anak menunggu dibelikan mainan baru, istri-istri menunggu diberikan uang belanja bulanan. Boleh dibilang, awal bulan atau tanggal muda adalah hari bahagia para pekerja atau pegawai, hari yang ditunggu-tunggu oleh keluarga yang ditanggung, hari yang diimpikan oleh orang terkasih dirumah.

Nah, bagimana dengan mereka yang gajinya pas-pasan, tidak cukup untuk memenuhi bahagia para penunggu dirumah? Mengingat barang-barang harian pada naik, harga sembako makin tidak menetap, BBM kadang sulit didapatkan, dan lagi-lagi bagi mereka yang terlilit hutang, dapatkah tanggal muda menjadi hari bahagia?

Tidaklah semua orang akan berbahagia dengan tanggal muda, kadang bagi mereka yang gajinya pas-pasan menganggap tanggal muda adalah sama halnya dengan tanggal tua, sama menderitanya dengan tanggal muda. Bagi mereka yang gajinya rendah, tiada artinya tanggal muda, karena setiap hari diperhadapkan dengan kebutuhan yang mendesak.

Kadang mengeluh jadi serba salah, menuntut penambahan gaji mungkin adalah komplit bagi seorang karyawan, kadang pula mereka menerima apa adanya meskipun dalam hati mengeluh dan merintih dengan penghasilan hidupnya.

Seorang karyawan yang gajinya rendah hanya bisa mengeluh dan merintih dalam hatinya sendiri, mereka pun tetap bersemangat kerja. Keluhan mereka hanya diperdengarkan hanya kepada hati dan maha pencipta hati itu sendiri. Karena meski mengeluh terang-terangan mungkin hanya akan ditertawakan.

Yang jadi pertanyaan, karyawan kecil hanya mengeluh dalam dalam rintihan hatinya, apakah pantas seorang presiden mengeluh gajinya sedikit secara terang-terangan, padahal gajinya sudah begitu besar. Bila rakyat yang menjadi karyawan, gaji seadanya, tidak mendapat santunan tambahan meski memiliki tanggung jawab besar, apakah seorang kepala negara pantas?

Mungkin terlalu berlebihan saya membandingan keluhan hati karyawan dengan keluhan pemimpin negara, tetapi dari kacamata orang kecil, mungkin itu belum tepat, karena kapasitasnya sebagai pemipin dibiayai dan ditunjang oleh negara dalam jumlah yang besar.

Bila gaji pejabat negara yang jumlahnya puluhan juta,dianggap kecil dan memenuhi kebutuhan, bagaimana dengan gaji pegawai yang benar-benar tidak memenuhi kebutuhan? Mungkin apa yang saya tulis tidaklah menarik dan tidak adan intisari yang perlu ditarik, tetapi coba pikirkan, sudahkah kesejahteraan di negeri kita benar-benar menyentuh?

0 komentar:

Posting Komentar